Jumat, 20 Januari 2017

Mau ke sana, naik kereta apa ya?

Hal kedua yang paling sering bikin jiper orang yang baru pertama kali ke Jepang adalah masalah transportasi umum, terutama kereta. Boleh dibilang di seantero Jepang, jaringan kereta sudah masuk hingga ke kota kecil, sehingga itu menjadi moda transportasi paling praktis untuk bepergian. Masalahnya, terkadang saking banyaknya jalur kereta yang ada di satu kota malah bikin kita bingung memilih kereta sewaktu memutuskan untuk pergi ke suatu tempat.

Jika menggunakan pocket wi-fi atau tourist SIM card, tentu Anda tinggal membuka aplikasi di ponsel pintar, memasukkan stasiun awal dan tujuan, lalu langsung keluar rute yang perlu Anda naiki. Tulisan ini hanya sebagai pegangan jika sewaktu-waktu Anda tidak dapat menggunakan aplikasi tersebut dan harus membaca peta jaringan kereta secara manual.

Enaknya pakai Pass apa ya?

Itu salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang-orang yang baru mau jalan-jalan ke Jepang. Satunya lagi adalah soal baca peta rute kereta Jepang (terutama Tokyo) yang mirip benang kusut. Tapi sekarang kita akan membahas berbagai pass yang dikhususkan bagi turis yang berkunjung ke Jepang.

Secara umum, perusahaan kereta milik pemerintah Jepang (yang kemudian diprivatisasi) yang menguasai jalur kereta di seluruh wilayah Jepang, yang bernaung di bawah perusahaan JR (Japan Railways) Group. JR Group itu sendiri terbagi atas 6 perusahaan yaitu: JR Kyushu, JR Shikoku, JR West, JR Central, JR East, dan JR Hokkaido. Masing-masing perusahaan memiliki pass untuk turis di wilayahnya, namun ada satu pass sakti yang berlaku di seluruh wilayah Jepang, yang dinamakan JR Pass.

Hello again, Japan!

Halooo,
udah rada lama sejak postingan terakhir ya ^^ Mau cerita aja kemarin saya pergi ke Jepang lumayan lama, dari berangkat sampai mendarat di Jakarta lagi totalnya 24 hari. Kenapa lama sekali? Pertama, karena ada kerjaan yang mengharuskan saya pergi ke Jepang selama 12 hari, sisa 12 harinya baru saya pakai untuk jalan-jalan 😁 Dan karena saya pergi ke beberapa kota, postingannya juga akan ditulis dalam beberapa bagian, supaya nggak kepanjangan.

Pertama, soal bawaan. Ini penting banget, mengingat saya perginya pas musim dingin, yang notabene harus bawa ini-itu biar nggak beku pas di sana. Mengingat di sana bakal menginap di hostel maupun apartemen yang menyediakan mesin cuci, maka saya hanya membawa baju 7 set (1 set = kaos kaki, baju dalam, longjohn, celana panjang, baju tangan panjang), perlengkapan musim dingin (winter jacket, syal wool, kupluk tebal, sarung tangan), plus 2 stel baju tidur dan 2 sweter. Karena selama di sana nggak keringetan, longjohn dan baju luar bisa dipake buat 2 hari, makanya saya cuci baju cuma seminggu sekali.

Oh iya, untuk mesin cuci di hostel kebanyakan bayar ya. Mesin cuci-nya 200 yen sekali pakai (deterjen bawa sendiri. kalau tidak butuh banyak, bisa cari di mini market, ada yang 1 dus isinya cuma 5 sachet), sementara mesin pengeringnya 100 yen per 30 menit. Jadi kalau baju kita belum kering, dan mau diterusin pengeringnya, ya masukin duit lagi. Untuk baju biasa sih 30 menit udah kering. Tapi kalau bahan tebal semacam jins biasanya minimal 60 menit baru kering.

Perlengkapan lain yang tidak kalah penting ketika jalan-jalan pada musim dingin: sepatu! Karena memang berencana mau jalan ke Sapporo yang amat sangat bersalju, dari Jakarta saya sudah memutuskan untuk memakai sepatu hiking. Pertama karena bahannya dari kulit (supaya kaki tidak kedinginan) dan sepatunya lebih terjamin anti-slip di tempat yang licin. Sedihnya, ketika transit di Kuala Lumpur, sepatu saya lepas solnya 😢 Putar-putar bandara tapi tidak ketemu kios yang bisa memperbaiki sepatu. Akhirnya pakai cara darurat, ikat sol dengan tali sepatu. Nanti ceritanya panjang lagi soal mencari sepatu pengganti di Jepang. Intinya sih saya dan sepatu berhasil mendarat dengan selamat di Narita.

Tips: karena saya paling malas buka koper di bandara, winter jacket saya masukkan saja ke backpack yang saya bawa ke kabin. kalau perlu, jaketnya ditenteng saja, nanti masukkan ke kabin atas di pesawat. Yang penting sudah pakai sepatu dan kaos kaki yang tebal. Begitu sampai di bandara tujuan, awalnya kita nggak merasa terlalu dingin, karena di dalam bandara pasti ada penghangatnya. Kalau benar-benar tidak tahan dingin, siapkan juga longjohn di dalam backpack, supaya begitu selesai lewat imigrasi dan ambil koper, Anda bisa langsung ke kamar mandi untuk memakainya. Kalau masih cukup tahan, pakai winter jacket saja, Karena untuk ke kota kita juga harus naik bus atau kereta yang ada penghangatnya, jadi nggak bakal kedinginan.

Sampai jumpa di postingan selanjutnya ya!