Bakal rada panjang nih postingannya.... Yang sabar ya bacanya 😄
Kebetulan banget kemaren pas pergi ke Jepang waktunya berbarengan dengan Chichibu Yomatsuri alias Chichibu Night Festival. Ini salah satu dari 3 festival terbesar di Jepang yang mengadakan arak-arakan floats. (lengkapnya di sini)
Begitu tahu info ini, langsung pengen datang ke sana, mengingat salah satu bucketlist saya adalah menghadiri matsuri alias festival di Jepang. Tapi begitu lihat biayanya... sempet galau juga. Biaya sekali jalan ke Chichibu 1650 yen pake kereta biasa, berarti PP 3300 yen. Kalo pake yang express musti nambah lagi 700 yen sekali jalan. Padahal karena festivalnya malam, rencana siang harinya mau mampir dulu ke Kawagoe, yang masih satu daerah dengan Chichibu, yaitu di perfektur Saitama.
Senin, 11 Desember 2017
Review Tokyo Owl Hotel
Holaaa, mau berbagi pengalaman menginap di Hotel Owl Tokyo. Lokasinya dekat Stasiun Nippori (kurleb 4-5 menit jalan kaki santai). Di stasiunnya pun enak, ada eskalator dan lift... asal jangan salah pilih exit. Yang ada eskalator dan lift itu East Exit. Ancer2nya cari arah buat transit ke Nippori-Toneri Liner, karena di dekat situ lokasinya. Jalanan ke hotel pun datar terus, nggak pake naik-turun. Nggak merepotkan pas lagi bawa2 koper.
Nilai plus hotel:
1. Lokasi cukup dekat dengan stasiun Nippori.
2. Resepsionis 24 jam dan fasih berbahasa Inggris.
3. Bisa titip koper sebelum cek in/setelah cek out. Bahkan kalau mau pesan barang bisa dikirim ke hotel. Mereka mau menyimpankan.
4. Ada lift! (penting ini buat yang bawa koper besar kayak saya kemaren)
5. Disediakan mesin cuci dan pengering berbayar (mesin cuci 300 yen sekali pakai, mesin pengering 100 yen untuk 30 menit). Lokasi di lantai 4.
6. Di ruang bersama disediakan 2 komputer yang bisa kita pakai dengan gratis (untuk print biayanya 10 yen per lembar) plus minuman panas/dingin gratis (ada jus apel, air putih, kopi, teh, dan teh hijau).
1. Lokasi cukup dekat dengan stasiun Nippori.
2. Resepsionis 24 jam dan fasih berbahasa Inggris.
3. Bisa titip koper sebelum cek in/setelah cek out. Bahkan kalau mau pesan barang bisa dikirim ke hotel. Mereka mau menyimpankan.
4. Ada lift! (penting ini buat yang bawa koper besar kayak saya kemaren)
5. Disediakan mesin cuci dan pengering berbayar (mesin cuci 300 yen sekali pakai, mesin pengering 100 yen untuk 30 menit). Lokasi di lantai 4.
6. Di ruang bersama disediakan 2 komputer yang bisa kita pakai dengan gratis (untuk print biayanya 10 yen per lembar) plus minuman panas/dingin gratis (ada jus apel, air putih, kopi, teh, dan teh hijau).
Nilai minusnya:
1. Tidak ada dapur untuk masak. Hanya disediakan microwave.
2. Ruang makan jadi satu dengan lobby di lantai dasar.
3. Seprai tidak diganti selama menginap di sana (kemarin saya menginap 8 hari di situ). Mungkin kalau minta bisa.
4. Setiap kali keluar dari hotel pagi2, kita harus menyerahkan kartu check in ke resepsionis. Nanti begitu pulang kita minta lagi kartunya. Di kartu itu ada kombinasi kunci pintu kamar, makanya tidak boleh dibawa pergi.
5. Semua kamar tipenya dormitory, tidak ada private room.
1. Tidak ada dapur untuk masak. Hanya disediakan microwave.
2. Ruang makan jadi satu dengan lobby di lantai dasar.
3. Seprai tidak diganti selama menginap di sana (kemarin saya menginap 8 hari di situ). Mungkin kalau minta bisa.
4. Setiap kali keluar dari hotel pagi2, kita harus menyerahkan kartu check in ke resepsionis. Nanti begitu pulang kita minta lagi kartunya. Di kartu itu ada kombinasi kunci pintu kamar, makanya tidak boleh dibawa pergi.
5. Semua kamar tipenya dormitory, tidak ada private room.
Tapi yang paling berkesan buat saya selama menginap di sana adalah ketika salah satu resepsionis (bapak-bapak) yang membantu membuatkan reservasi kereta express supaya saya bisa melihat Chichibu Yomatsuri sampai selesai. (Soal ini nanti saya post terpisah).
Buat yang mendarat/pulang dari Bandara Narita, lokasinya strategis karena ada kereta langsung ke bandara. Keretanya ada 2 macam: Keisei Main Line (1030 yen sekali jalan, waktu tempuh sekitar 75 menit, bisa bayar pake Pasmo/Suica/dkk) dan Keisei Skyliner (2470 yen sekali jalan, waktu tempuh sekitar 40 menit). Semua tidak dicover JR Pass ataupun sodara2nya.
Kamis, 15 Juni 2017
Review Hotel Sakura
Location: https://goo.gl/maps/VZYnhReiXJw
PLUS:
1.
Sangat
dekat dengan stasiun subway (st. Tanimachi Sanchome). Jalan kaki santai hanya 3
menit, dan ada lift. Kalau naik Willer bus dari Tokyo ke Osaka, saya waktu itu
turun di Willer Bus Terminal Umeda, naik kereta Midosuji Line dari stasiun
Umeda ke stasiun Namba, lalu pindah naik Sennichimae Line ke st. Tanimachi
Sanchome.
2.
Lokasi
cukup strategis. Naik kereta ke Dotonbori/Shinsaibashi hanya sekali naik kereta
Sennichimae Line, lama perjalanan 10 menit. Dengan kereta yang sama juga bisa
sampai Namba (lama perjalanan 14 menit).
3.
Dormitory
ada yang campur, tapi waktu itu saya pilih yang khusus cewek. Di ruang tidur
ada toilet dan meja rias (lengkap dengan hairdryer). Handuk tidak disediakan.
4.
Resepsionis
tidak 24 jam, tapi kalau kita mau check out pagi-pagi sekali, bisa bilang ke
mereka supaya nanti ada yang jaga ketika kita mengembalikan kunci kamar.
5.
Ada
lift juga di hostel ini ^^ Dan ada petunjuk arah ke tempat-tempat wisata di
Osaka.
MINUS:
1.
Sedikit
sekali tempat makan dan mini market di dekat hotel. Kebanyakan gedung
perkantoran. Kalau mau cari makan lebih baik ke Namba/Dotonbori.
2.
Tidak
ada tempat khusus untuk menaruh koper, jadi ruangan agak sempit dan penuh.
3.
Locker
dengan kunci yang disediakan kecil sekali ukurannya.
4.
Tidak
menyediakan sarapan.
Review Grids Nihombashi East Hotel + Hostel
PLUS:
1. Lokasi
sangat dekat dengan stasiun subway (Higashi-Nihombashi dan Bakuroyokoyama).
Jalan kaki santai cuma 3 menit. Untuk ke pintu yang ada lift-nya sekitar 6
menit.
2. Dari st. Higashi-Nihombashi kita bisa naik kereta yang
langsung ke bandara Haneda dan Narita (hanya di jam-jam tertentu)
3. Resepsionis buka 24 jam dan fasih berbahasa Inggris. Mereka juga sangat ramah dan siap
membantu.
4. Walaupun kita
pilih di dormitory, kamar dibedakan antara cowok dan cewek (beda lantai). Tidak
ada yang campur. Kamar mandi pun beda lantai antara cowok dan cewek.
5. Ada toilet (4
bilik), meja rias (lengkap dengan hair dryer), dan locker dengan kunci
kombinasi untuk menyimpan barang berharga. Di dalam locker juga tersedia handuk
mandi besar untuk kita gunakan tanpa bayar lagi. Semua ini ada di dalam ruang
tidur, jadi nggak perlu repot naik-turun lift hanya untuk ke toilet ^^
6. Koper bisa
ditaruh di tempat khusus sehingga tidak mengganggu tamu lain. Ada 2 atau 3
tempat koper di setiap lantai.
7. Ada lift
(penting ini buat yang bawa koper berat ^^) dan koper bisa dititipkan di
resepsionis, gratis.
8. Ada ruang makan
bersama. Tersedia microwave dan alat makan. Kita juga bisa menyimpan makanan
kita di kulkas bersama. Jangan lupa kasih nama dan nomor bed supaya tidak
tertukar sama punya orang lain. Ada TV juga di sana, jadi bisa makan sambil
nonton ^^ Jangan lupa juga membersihkan meja dan membuang sampahnya.
9. Ada vending
maching minuman di ruang makan.
10. Ada mesin
cuci dan pengering (bayar lagi)
MINUS:
1.
Hanya
ada 1 mini market di dekat hostel (Family Mart).
2.
Sekelilingnya
kebanyakan kantor/toko. Jadi jika pilihan di Family Mart tidak ada yang sreg,
lebih baik makan di luar atau beli bekal untuk sarapan di tempat lain, karena hostel tidak menyediakan sarapan.
3.
Kita
harus mengganti sepatu dengan sandal kamar yang telah disediakan. Dilarang
masuk ke kamar tidur memakai sepatu.
4.
Satu
kamar berisi sekitar 20 bed, jadi ada kemungkinan agak ramai ketika ada banyak orang
yang menginap.
5.
Dilarang
packing koper di ruang dorm pada malam hari. Kita bisa menggunakan ruang locker
untuk packing, karena ada pintunya, jadi tidak mengganggu orang lain.
Jumat, 20 Januari 2017
Mau ke sana, naik kereta apa ya?
Hal kedua yang paling sering bikin jiper orang yang baru pertama kali ke Jepang adalah masalah transportasi umum, terutama kereta. Boleh dibilang di seantero Jepang, jaringan kereta sudah masuk hingga ke kota kecil, sehingga itu menjadi moda transportasi paling praktis untuk bepergian. Masalahnya, terkadang saking banyaknya jalur kereta yang ada di satu kota malah bikin kita bingung memilih kereta sewaktu memutuskan untuk pergi ke suatu tempat.
Jika menggunakan pocket wi-fi atau tourist SIM card, tentu Anda tinggal membuka aplikasi di ponsel pintar, memasukkan stasiun awal dan tujuan, lalu langsung keluar rute yang perlu Anda naiki. Tulisan ini hanya sebagai pegangan jika sewaktu-waktu Anda tidak dapat menggunakan aplikasi tersebut dan harus membaca peta jaringan kereta secara manual.
Jika menggunakan pocket wi-fi atau tourist SIM card, tentu Anda tinggal membuka aplikasi di ponsel pintar, memasukkan stasiun awal dan tujuan, lalu langsung keluar rute yang perlu Anda naiki. Tulisan ini hanya sebagai pegangan jika sewaktu-waktu Anda tidak dapat menggunakan aplikasi tersebut dan harus membaca peta jaringan kereta secara manual.
Enaknya pakai Pass apa ya?
Itu salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang-orang yang baru mau jalan-jalan ke Jepang. Satunya lagi adalah soal baca peta rute kereta Jepang (terutama Tokyo) yang mirip benang kusut. Tapi sekarang kita akan membahas berbagai pass yang dikhususkan bagi turis yang berkunjung ke Jepang.
Secara umum, perusahaan kereta milik pemerintah Jepang (yang kemudian diprivatisasi) yang menguasai jalur kereta di seluruh wilayah Jepang, yang bernaung di bawah perusahaan JR (Japan Railways) Group. JR Group itu sendiri terbagi atas 6 perusahaan yaitu: JR Kyushu, JR Shikoku, JR West, JR Central, JR East, dan JR Hokkaido. Masing-masing perusahaan memiliki pass untuk turis di wilayahnya, namun ada satu pass sakti yang berlaku di seluruh wilayah Jepang, yang dinamakan JR Pass.
Secara umum, perusahaan kereta milik pemerintah Jepang (yang kemudian diprivatisasi) yang menguasai jalur kereta di seluruh wilayah Jepang, yang bernaung di bawah perusahaan JR (Japan Railways) Group. JR Group itu sendiri terbagi atas 6 perusahaan yaitu: JR Kyushu, JR Shikoku, JR West, JR Central, JR East, dan JR Hokkaido. Masing-masing perusahaan memiliki pass untuk turis di wilayahnya, namun ada satu pass sakti yang berlaku di seluruh wilayah Jepang, yang dinamakan JR Pass.
Hello again, Japan!
Halooo,
udah rada lama sejak postingan terakhir ya ^^ Mau cerita aja kemarin saya pergi ke Jepang lumayan lama, dari berangkat sampai mendarat di Jakarta lagi totalnya 24 hari. Kenapa lama sekali? Pertama, karena ada kerjaan yang mengharuskan saya pergi ke Jepang selama 12 hari, sisa 12 harinya baru saya pakai untuk jalan-jalan 😁 Dan karena saya pergi ke beberapa kota, postingannya juga akan ditulis dalam beberapa bagian, supaya nggak kepanjangan.
Pertama, soal bawaan. Ini penting banget, mengingat saya perginya pas musim dingin, yang notabene harus bawa ini-itu biar nggak beku pas di sana. Mengingat di sana bakal menginap di hostel maupun apartemen yang menyediakan mesin cuci, maka saya hanya membawa baju 7 set (1 set = kaos kaki, baju dalam, longjohn, celana panjang, baju tangan panjang), perlengkapan musim dingin (winter jacket, syal wool, kupluk tebal, sarung tangan), plus 2 stel baju tidur dan 2 sweter. Karena selama di sana nggak keringetan, longjohn dan baju luar bisa dipake buat 2 hari, makanya saya cuci baju cuma seminggu sekali.
Oh iya, untuk mesin cuci di hostel kebanyakan bayar ya. Mesin cuci-nya 200 yen sekali pakai (deterjen bawa sendiri. kalau tidak butuh banyak, bisa cari di mini market, ada yang 1 dus isinya cuma 5 sachet), sementara mesin pengeringnya 100 yen per 30 menit. Jadi kalau baju kita belum kering, dan mau diterusin pengeringnya, ya masukin duit lagi. Untuk baju biasa sih 30 menit udah kering. Tapi kalau bahan tebal semacam jins biasanya minimal 60 menit baru kering.
Perlengkapan lain yang tidak kalah penting ketika jalan-jalan pada musim dingin: sepatu! Karena memang berencana mau jalan ke Sapporo yang amat sangat bersalju, dari Jakarta saya sudah memutuskan untuk memakai sepatu hiking. Pertama karena bahannya dari kulit (supaya kaki tidak kedinginan) dan sepatunya lebih terjamin anti-slip di tempat yang licin. Sedihnya, ketika transit di Kuala Lumpur, sepatu saya lepas solnya 😢 Putar-putar bandara tapi tidak ketemu kios yang bisa memperbaiki sepatu. Akhirnya pakai cara darurat, ikat sol dengan tali sepatu. Nanti ceritanya panjang lagi soal mencari sepatu pengganti di Jepang. Intinya sih saya dan sepatu berhasil mendarat dengan selamat di Narita.
Tips: karena saya paling malas buka koper di bandara, winter jacket saya masukkan saja ke backpack yang saya bawa ke kabin. kalau perlu, jaketnya ditenteng saja, nanti masukkan ke kabin atas di pesawat. Yang penting sudah pakai sepatu dan kaos kaki yang tebal. Begitu sampai di bandara tujuan, awalnya kita nggak merasa terlalu dingin, karena di dalam bandara pasti ada penghangatnya. Kalau benar-benar tidak tahan dingin, siapkan juga longjohn di dalam backpack, supaya begitu selesai lewat imigrasi dan ambil koper, Anda bisa langsung ke kamar mandi untuk memakainya. Kalau masih cukup tahan, pakai winter jacket saja, Karena untuk ke kota kita juga harus naik bus atau kereta yang ada penghangatnya, jadi nggak bakal kedinginan.
Sampai jumpa di postingan selanjutnya ya!
udah rada lama sejak postingan terakhir ya ^^ Mau cerita aja kemarin saya pergi ke Jepang lumayan lama, dari berangkat sampai mendarat di Jakarta lagi totalnya 24 hari. Kenapa lama sekali? Pertama, karena ada kerjaan yang mengharuskan saya pergi ke Jepang selama 12 hari, sisa 12 harinya baru saya pakai untuk jalan-jalan 😁 Dan karena saya pergi ke beberapa kota, postingannya juga akan ditulis dalam beberapa bagian, supaya nggak kepanjangan.
Pertama, soal bawaan. Ini penting banget, mengingat saya perginya pas musim dingin, yang notabene harus bawa ini-itu biar nggak beku pas di sana. Mengingat di sana bakal menginap di hostel maupun apartemen yang menyediakan mesin cuci, maka saya hanya membawa baju 7 set (1 set = kaos kaki, baju dalam, longjohn, celana panjang, baju tangan panjang), perlengkapan musim dingin (winter jacket, syal wool, kupluk tebal, sarung tangan), plus 2 stel baju tidur dan 2 sweter. Karena selama di sana nggak keringetan, longjohn dan baju luar bisa dipake buat 2 hari, makanya saya cuci baju cuma seminggu sekali.
Oh iya, untuk mesin cuci di hostel kebanyakan bayar ya. Mesin cuci-nya 200 yen sekali pakai (deterjen bawa sendiri. kalau tidak butuh banyak, bisa cari di mini market, ada yang 1 dus isinya cuma 5 sachet), sementara mesin pengeringnya 100 yen per 30 menit. Jadi kalau baju kita belum kering, dan mau diterusin pengeringnya, ya masukin duit lagi. Untuk baju biasa sih 30 menit udah kering. Tapi kalau bahan tebal semacam jins biasanya minimal 60 menit baru kering.
Perlengkapan lain yang tidak kalah penting ketika jalan-jalan pada musim dingin: sepatu! Karena memang berencana mau jalan ke Sapporo yang amat sangat bersalju, dari Jakarta saya sudah memutuskan untuk memakai sepatu hiking. Pertama karena bahannya dari kulit (supaya kaki tidak kedinginan) dan sepatunya lebih terjamin anti-slip di tempat yang licin. Sedihnya, ketika transit di Kuala Lumpur, sepatu saya lepas solnya 😢 Putar-putar bandara tapi tidak ketemu kios yang bisa memperbaiki sepatu. Akhirnya pakai cara darurat, ikat sol dengan tali sepatu. Nanti ceritanya panjang lagi soal mencari sepatu pengganti di Jepang. Intinya sih saya dan sepatu berhasil mendarat dengan selamat di Narita.
Tips: karena saya paling malas buka koper di bandara, winter jacket saya masukkan saja ke backpack yang saya bawa ke kabin. kalau perlu, jaketnya ditenteng saja, nanti masukkan ke kabin atas di pesawat. Yang penting sudah pakai sepatu dan kaos kaki yang tebal. Begitu sampai di bandara tujuan, awalnya kita nggak merasa terlalu dingin, karena di dalam bandara pasti ada penghangatnya. Kalau benar-benar tidak tahan dingin, siapkan juga longjohn di dalam backpack, supaya begitu selesai lewat imigrasi dan ambil koper, Anda bisa langsung ke kamar mandi untuk memakainya. Kalau masih cukup tahan, pakai winter jacket saja, Karena untuk ke kota kita juga harus naik bus atau kereta yang ada penghangatnya, jadi nggak bakal kedinginan.
Sampai jumpa di postingan selanjutnya ya!
Langganan:
Postingan (Atom)